Sabtu, 20 Oktober 2012

dukun beranak dari Masupa Ria


Sularto, Dukun Beranak di Desa Masupa Ria
29-06-2012 00:00


Harian Umum Tabengan,  







Sejak bertekad meninggalkan kota kelahirannya, Blitar, Jawa Timur untuk mengubah nasib kira-kira 24 tahun lalu, tak ada sedikitpun niat di benak Sularto (56), untuk menjadi dukun beranak yang sepantasnya dilakukan oleh kaum perempuan.
 
Mulai bergantungnya warga terutama kaum ibu di Desa Masupa Ria, Kecamatan Mandau Talawang, saat akan melahirkan, akhirnya mempertegas keberadaan  Sularto untuk serius menjalani profesinya sebagai dukun beranak.
Profesi yang digeluti ini juga atas desakan warga agar Sularto bisa menjadi bagian dari masyarakat Desa Masupa Ria, sehingga Sularto akhirnya memantapkan niat untuk terus menggeluti profesi yang sebetulnya sangat berisiko tersebut.
Sularto menuturkan alasan dirinya sampai menjadi dukun beranak, berawal pada 22 tahun lalu, tepatnya sekitar Maret 1990, Sularto yang saat itu bekerja sebagai operator chainsaw di Desa Manyurung, Kecamatan Kapuas Hulu, diminta untuk membantu istri rekannya yang hendak melahirkan.
Karena saat itu jauh dari pemukiman dan tak ada tenaga medis, sementara kondisi kandungan  istri temannya sudah kritis, Sularto memantapkan hatinya untuk mencoba membantu.
Bermodal lampu penerangan seadanya, Sularto ditemani suami pasien memberanikan diri melakukan proses persalinan. “Saya bersyukur, sebab kondisi ibu serta bayinya pada saat itu selamat,” katanya kepada Tabengan, belum lama ini.
Sejak kejadian itu, Sularto selalu diminta oleh warga untuk membantu proses persalinan warga di desa tersebut. Apalagi selama menjalani profesi, Sularto tidak mematok biaya, artinya dia hanya menerima bantuan ala kadarnya. Terpenting baginya, apabila ada pasien yang datang dan ingin melahirkan wajib membawa silet dan obat antibiotik jenis betadine.
Sularto mengungkapkan, bidan desa sebetulnya ada, namun tinggalnya jauh dari Desa Masupa Ria yakni di Desa Manyarung.
Untuk menuju Desa Manyarung, warga harus menempuh waktu sekitar 4 jam, dengan rute melalui jalur sungai selama kurang lebih 2 jam dan dilanjutkan berjalan kaki selama 2 jam. Hal ini disebabkan minimnya akses jalan darat yang menghubungkan Desa Masupa dengan Manyarung.
Dikatakannya, Desa Masupa lebih dekat dengan kabupaten tetangga, Puruk Cahu yang hanya berjarak 14km, tetapi kondisi jalannya tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.
Namun, setelah adanya pemekaran kecamatan dan Dusun Masupa ditetapkan sebagai desa defintif, warga sangat mengharapkan adanya peningkatan infrastruktur, dan juga kesehatan. “Kami sangat berterima kasih kepada Pemkab Kapuas yang mau merealisasikan pembentukan Dusun Masupa Ria ini menjadi desa definitif, dengan harapan setelah terbentuknya desa ini, pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur pada warga ditingkatkan,” kata Sularto.
Sularto menambahkan, penduduk Desa Masupa Ria ini cukup banyak mencapai 78 kepala keluarga (KK) atau 250 jiwa, sehingga sangat membutuhkan adanya pelayanan kesehatan yang standar. c-yul
 
   sumber : tabengan.